Rabu, 24 Oktober 2012

Masukan dari seorang pembimbing berjanggut

Hari ini aku sampai di kantor LIPI. lalu kulihat jam menunjukan pukul 08.11. aku memang sengaja masuk rada siang karena sudah sepakat dengan teman2-ku  untuk masuk ke kantor rada siang karena memang oleh pembimbing kami tidak diwajibkan datang.

"duk.duk..duk" suara derap kakiku berbunyi memasuki lift menuju lantai 3. sesampainya disana aku melihat ruang tunggu tamu yang kosong, kukira mereka sedang menunggu. ku berjalan menuju ruang kerja ku tak lupa mengabsen daftar kehadiran. Biasanya aku memasukan daftar hadirku dan kedua temanku, namun ku urungkan niat itu karena 'feeling' ku mengatakan mereka tidak hadir.

"Assalamu'alaikum". sapaku terhadap pemakai ruangan yang ternyata diisi oleh murid2 SMK Merdeka. Lalu aku melihat 3 gelas teh yang sudah disiapkan oleh office boy. dalam hati ku berfikir"mungkin setiap selasa & kamis teh untuk kami disediakan padahal mubazir".

laptop dan peralatan pendukung sudah disiapkan, sambil menunggu kedua rekanku aku membuka facebook ku berharap ada peningkatan posting dan menghitung banyaknya twiit dalam 10 menit di twitter. kubuka seksama twitter ku. salah satu temanku sedang aktif. lalu kutanyakan kepada dia sedang ada dimana ? ternyata dia sedang sakit. ya sudah berarti tinggal aku disini bersama murid2 SMK Merdeka.

"duk..duk..duk" anak-anak sekarang mbisa mbantu bapak ndak ? . oh tenyata pembimbing mereka datang meminta bantuan. dialah pembimbing yang aku ceritakan di posting selanjutnya namun kali ini aku mengetahui nama beliau adalah Bapak Efendi. pembimbing yang memelihara jenggotnya dan berbicara dengan logat jawa kentalnya. menurutku ia adalah pembimbing yang perhatian dan akrab dengan muridnya.

"slurrpp. ngookk..ngook" hidungku yang koutanya sudah penuh memaksa raga ini menuju kamar mandi untuk membuang lem hijau.

"aahhh" lega rasanya hidung ini. aku melanjutkan perjalanan ke ruang rapat a.k.a ruang kerja.

"cuma sendiri toh, kamu kelas berapa ?" sontak aku kaget. ternyata pak efendi menyapaku.

"kelas 4 pak", jawabku.

"haahh ?". muka dia bingung.

"ia pak, beneran. saya kelas 4 smk. serius loh bukan bercanda".jawabku dengan nada meyakinkan.

"kamu berapa tahun usianya ?"tanya bapak.

"saya 18 tahun pak."jawabku.

"loh, kalo kalian masih berapa tahun ?", tanya bapak kepada murid"nya.

"kami 17 tahun pak !", jawab mereka.

"kalo anak" ini sekolah 3 tahun. kamu kalo lulu ndapet gelar apa ?". tanya bapak dengan penasaran.

"kalo lulus dapet gelar d1 pak ?"jawabku.

"lha itu gelar ndiakui ndak ?". tanya ia penasaran.

"mmm, kurang tau sih pak". jawabku asal

"kamu itu berpotensi, pengalaman 4 tahun sekolah bidang RPL mbisa sukses. tapi you must puss yourself become success, ndo you speak english ?". wah ternyata disa bahasa inggris, namun sarannya ini bermanfaat.

"yes, sir. a little " jawabku.

"a little bit ? for conversation ?"tanya ia.

"a passive". jawabku jujur.

"jika kamu hanya mengerti passive itu percuma, misalnya kalo kamu mau kerja disini kamu harus lulus tes TOEFL minimum 500", jawabnya dalam bahasa inggris. maaf aku menulis dalam bhs indo, karena keterbatasan ingatan.

"ohh".jawabku.

 "you know mr. ana heryana, your mentor ? when he join in lipi on 2002 if i not wrong. he understand english in passive. because the requirement process is just writing not speaking " penjesannya membuat ku mengerti.

"kalo sekarang test di lipi harus menggunakan tes bahasa inggris speaking,  tapi ada yang bisa 3 bahasa : inggris, jerman, jepang". wooowww pernyataan yang cukup bikin mata melotot.

"dan disini pun ada komitmen untuk menyekolahkan lagi para peneliti, ke luar negeri. karena jika sekolah di sini(indonesia) pun hanya dapet materi untuk penelitian lokal, bukan internasional". jawabannya membuatku menghela nafas.

"long time ago, when i 'mahasiswa' saya membiasakan diri dengan teman-teman untuk berbicara dengan bahasa inggris, tetapi harus ada yang jadi pengoreksi kata ketika salah satu diantara kami salah dalam berbicara. biasakan seperti itu agar terbiasa. saya melakukan itu selama 3 tahun dan hasilnya ketika saya di pertamina saya diangkat menjadi asisten software project dan bekerja sama dengan orang filipina". oohhh mulutku melongo.

"jadi biasakan lah berbahasa inggris, karena itu adalah kunci untuk menggenggam dunia intenasional". kata beliau yang membuat kepalaku mengangguk 5 kali.

"Hey, kesini bantuin saya yok ". seorang peneliti memanggil pak efendi. rupanya mirip dengan uztad guntur bumi.

"lah itu ndia yang bisa 3 bahasa. konichiwa sensei!!!". kata pak efendi kepada rekannya.

"kok kamu cuma sendiri ?". tanya dia kepadaku.

"Teman-teman saya tumbang pak,pada sakit". jawabku.

-[Pagi hari menjelang siang di Cisitu]-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar